Jumat, 17 Oktober 2014

Kesalahan konsep trinitas

Agama adalah salah satu alasan utama yang menjadi dasar bagi manusia yang berakal untuk berfikir di mana ,bagaimana,dan kapan alam semesta ini tercipta, sebab menurut logika manusia, segala sesuatu yang terjadi pasti ada pelaku dan objeknya. Dari sinilah manusia mulai menelusuri berbagai hal untuk menjawab partanyaan besar dalam fikirannya tentang siapakah Dia yang menciptakan semua ini.
Mulailah manusia mencari jawaban dan alasan atas pertanyaan ini mulai dengan berfikir logis atau lewat ilmu pengetahuan bahkan khayalan mereka dijadikan dasar alasan untuk menjawab pertanyaan besar ini.
Kemdian dari alasan ini manusia menyimpulkan bahwa segala sesuatu terjadi ada sosok yang begitu Agung yang menciptakan. Lalu mereka menyebutnya sebagai Tuhan.
Meyakini adanya Tuhan sebagai pencipa, kemudian di namakan sebagai aqidah yaitu ajaran yang membahas tentang kepercayaan,keyakinan, atau keimanan. (Zakariya.2008:1)
Rifa’i berkata: mempercayai Tuhan pencipta alam ini adalah tabiat manusia yang terdapat bersama dengan adanya tubuh manusia. (Rifa’i,1976:13)
Inilah alasan mengapa kita harus mempercayai Tuhan sebab sudah menjadi tabiat manusia sebagai ciptaan Tuhan untuk mengenal penciptanya.
Marzdedeq berkata “sesungguhnya manusia itu dilahirkan dengan fitrah beragama. Ia ingin beribadat, tetapi karena berbagai jalan penyimpangan tumbuhlah suatu kepercayaan yang melahirkan suatu peribadatan tersendiri.” (marzdedeq,2005:xvi)
Dari berbagai macam pandangan manusia mengenai siapakah sosok Tuhan itu kita pun mengenal dua konsep ke-Tuhan-an yang saling berseteru dan bertentangan satu sama lain yaitu konsep Tauhid dan ketuhanan Trinitas
Tauhid adalah salah satu konsep Aqidah yang menganggap bahwa Tuhan itu ahad(Esa) tidak beranak tidak pula diperanakkan, tidak ada yang dapat menandingi eksistensi kepribadian-Nya ,Dia-lah yang menciptakan,segala sesuatu tanpa ada contoh sebelumya,yang menjaga,memelihara,mengurus, dan mengatur seluruh alam semesta ini sendirian.
Menurut Zakaria.A (2008:2) Tauhid adalah Meng-Esa-kan pengabdian kepada Allah (yang wajib disembahi) serta meyakini ke-Esa-anNya baik dzat,sifat dan perbuatanya.
Konsep aqidah tauhid dianut oleh umat Islam disetiap belahan dunia. Umat Islam menganut aqidah tauhid yang menyatakan bahwa Allah-lah yang pantas menyandang gelar ke-Tuhan-an, karena Dia-lah yang memiliki seluruh sifat ke-Tuhan-an itu sendiri. Dalam pandangan Islam, Allah berada pada tigkat tertinggi yang memiliki segalanya.
Dasar dari agama tauhid ini kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai rujukan utama hukum dalam islam. Allah SWT. Berfirman
ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ   öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ   öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ  
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Dalam ayat ini dapat kita pahami bahwa Allah sebagai Tuhan mempertegas eksistensi-Nya dengan memerintahkan agar manunisa mengakui ke –Esa-anNya dan mengakui kerajaan-Nya yang meliputi segala hal yang ada juga pada akhir ayat Allah memerintahkan manusia agar tidak melakukan kesyirikan yaitu menghadirkan tandingan baginya.
Pada dasarnya dari awal diciptakan, manusia telah diajarkan dan di wajibkan untuk meyakini bahwa Allah-lah yang memiliki segala hal, Dia-lah yang mengatur segala hal. Namun seiring berjalannya waktu, banyak manusia yang merasa tidak puas akan perwujudan Allah sehingga merekapun mengangkat tuhan-tuhan untuk menjadi tandingan bagi Allah baik berupa benda mati,atau dari kalangan makhluk hidup itu sendiri, bahkan hasil imajinasi mereka tentang perwujudan Tuhan mereka gambarkan dan disembah layaknya penyembahan terhadap Allah. Mereka beranggapan bahwa yang berwujudlah yang pantas dijadikan tuhan, atau perwujudan Tuhan sebagai wakil Allah di muka bumi.
Dari kesesatan ini, Allah pun mengirim utusan-utusan-Nya untuk membimbing kembali manusia kejalan yang lurus dan untuk menyuruh manusia agar kembali ke ajaran Tauhid. Mula-mula Allah mengutus Nabi Idris a.s dan Nabi Nuh a.s yang memimpin manusia setelah kucar-kacir yaitu meneruskan ajaran-ajaran dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi Adam a.s.
Setelah Nabi Nuh wafat, manusia kehilangan lagi pemimpinnya dan kacaulah kembali, sampai datangnya utusan Allah yang bernama Nabi Ibrahim a.s yang di kenal dengan “bapak dari para Nabi.(Rifa’I,1976:17)
Kemudian dari keturunan Nabi Ibrahim a.s melalui anaknya Ishak a.s lahirah seorang anak laki-laki dari wanita mulia Maryam binti Imron, yang kemudian menjadi manusia mulia yang diangkat menjadi Rasul dan penutup para Nabi dari garis Nabi Ishak a.s. Dialah Isa bin Maryam anak laki-laki dari wanita suci yang hamil tanpa ada objek lawan jenis namun berasal Ruh dan Firman Allah yang ditiupkan ke dalam diri Maryam.(haekal,
Nabi Isa diutus untuk melanjutkan risalah Rasul sebelumnya yaitu Nabi Musa a.s untuk membimbig Bani Israel menuju jalan yang benar yang telah mereka tinggalkan.
Seiring berjalannya waktu,Isa yang pada awalnya hanya diutus sebagai Rasul dan pengingat yang mengajarkan ajaran tauhid kemudian di angkat oleh para pengikutnya menjadi Tuhan anak yang setara dengan Allah yang mereka sebut sebagai Tuhan Bapak atau wakil Allah di muka bumi yang diutus melalui Roh kudus (Jibril) sebagai perantara. (Marzdedeq,2005:290)

Menurut Rifa’i.Moh (1976:66) ajaran tritunggal itu dirumuskan oleh penganut agama Nasrani, sebagai satu Tuhan yang ujud dari kesatuan tiga oknum, yang mereka sebut: Allah Bapa, Allah anak dan Ruhul Kudus.



Daftar Pustaka
Hasan,A (1983).BIBEL lawan BIBEL.Bangil.Lajnah Penerbitan Pesantren PERSIS Bangil.
Marzdedeq,A.D.El (2005).Parasit akidah.Bandung.PT Syaamil Cipta Media.
Rifa’i,Drs Moh (1976).PERBANDNG AGAMA.Jakarta.PT Jaya Murni.
Usep. (2010).Buku pedoman menulis karya ilmiah / paper.Garut: tidak di terbitkan.
Zakaria,A (2008).Pokok-pokok Ilmu Tauhid jilid kedua.Garut.Ibn azka press.

Tidak ada komentar: