seiring datangnya penyelimut mentari,gelap menyapa bumi yang mulai melihatkan dirinya yang sunyi,dengan hitam sebagai warna khasnya dalam menemani mimpi-mimpi yang sedang terjalin.seiring bergulirnya waktu hitampun semakin pekat dan malampun semakin larut seperti halnya air yang mengalir semakin kesana semakin keruh menghanyutkan yang dilewatinya,membawa manusia yang sedang terlelap tuk tetap bermain bersama mimpi yang selalu menghiasi tidur malamnya sampai sang mentari ciptaan terbesar-Nya digugusan planet untuk menampakkan kemilau cahayanya dan menutup kembali kegelapan,namun disaat ini tak sama seperti malam-malam sebelumnya,rembulan dilangit seakan enggan menggerakkan dirinya beranjak dari tempatnya tuk lengser dari layar lebar ciptaan tuhan dan berganti dengan sang mentari,detik yang berlalu bagaikan sejuta kali seprti biasanya.malam ini rembulan enggan meninggalkan diri ku yang sedang duduk memandang wajah sang rembulan yang begitu indah tuk menenangkan hati yang sedang kacau,mungkin cahayanya mempunyai sihir tuk menenangkan hati para pujangga yang sedang kacau,aku pun sama sepertihalnya orang lain yang sedang dilanda penyakit yang tak ada obatnya.
CINTA,begitulah orang-orang menyebutnya,aku yang keseoian saat penyakit itu kambuh danobatnyaentah berada dimana,bagai orang yang tak punya akal jika seorang dilanda penyakit itu,dengan datangnya bisa membuat yang lemah menjadi berani dan sang pemberni yang tak pernah takut sekalipun akan bertekuk lutut apabila penyakit itu talah menimpa.
malam ini aku mengadu pada sang rembulan akan tersiksanya diriku akibat kambuhnya penyakit itu,yang dulunya pernah sembuh namun kini datang kembali menghampiri diriku,
"duhai penghuni langit,sudikah kau mendengarkan rintihan hatiku?sudikah kau menolongku menyampaikan isi hatiku padanya,pada seorang yang jauh disana,mungkin dia juga sedang memendang mu,mengagumi keindahan sinar putihmu,langit aku tak mampu menahan rasa ini,ingin rasanya hati bertemu,namun apa daya raga tak mampu,"
to becontinue
